Pita Kuning dan Kemenkes Berperan Aktif dalam Kajian imPACT Review 2024 untuk Pengendalian Kanker di Indonesia

Kajian imPACT Review 2024 di Auditorium Siwabessy mengulas tantangan dan kebutuhan organisasi kanker di Indonesia. Dihadiri oleh IAEA, WHO, dan IARC, acara ini menekankan pentingnya koordinasi dan kolaborasi antar-CSO, serta peran pemerintah dalam membentuk sistem pendukung. Pita Kuning turut hadir dan berperan aktif dalam diskusi, membangun koneksi untuk memperkuat upaya pengendalian kanker di Indonesia.

Mau tahu cerita lengkapnya? Yuk, simak artikel berikut!

Para peserta Kajian imPACT Review 2024 berfoto bersama di Auditorium Siwabessy, Gedung Prof. Sujudi Lt. 2, setelah sesi diskusi mengenai pengendalian kanker di Indonesia.
Para peserta Kajian imPACT Review 2024 berfoto bersama di Auditorium Siwabessy, Gedung Prof. Sujudi Lt. 2, setelah sesi diskusi mengenai pengendalian kanker di Indonesia.

Pita Kuning Hadiri Undangan Kemenkes dalam Kajian imPACT Review

JAKARTA — Pada Jumat, 19 Juli 2024, Auditorium Siwabessy di Gedung Prof. Sujudi Lt. 2 menjadi saksi pelaksanaan Kajian imPACT Review 2024. Acara ini dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan dalam upaya pengendalian kanker di Indonesia. Menteri Kesehatan, sebagai inisiator, telah mengundang Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dan Badan Internasional untuk Penelitian Kanker (IARC) untuk mendukung Indonesia dalam melakukan penilaian komprehensif terhadap kapasitas dan kebutuhan dalam pengendalian kanker di seluruh negeri.

Kajian ini bertujuan untuk mendengar dan menilai kondisi organisasi masyarakat sipil (Civil Society Organization/CSO) kanker di Indonesia dari pandangan para ahli luar negeri, yaitu Miss Mariana dari IAEA dan Dr. Suraish dari IARC.

Pertemuan ini berfokus pada beberapa masalah utama yang dihadapi oleh CSO kanker di Indonesia. Pertama, operasional CSO kanker saat ini masih berjalan secara terpisah-pisah tanpa koordinasi yang baik di antara mereka. Hal ini menyebabkan upaya pengendalian kanker menjadi kurang efektif dan efisien. Kedua, tidak adanya platform atau payung yang mengkoordinasikan gerakan CSO kanker, berbeda dengan masalah kesehatan lain seperti HIV dan stunting yang sudah lebih sistematis dan terintegrasi. Ketiga, minimnya kolaborasi antar-CSO dan dengan pemangku kepentingan lain menghambat pertukaran informasi dan sumber daya yang bisa meningkatkan efektivitas upaya pengendalian kanker.

Dalam pertemuan tersebut, disepakati bahwa CSO kanker saat ini bergerak secara sporadis dan terpisah-pisah, sehingga perlu adanya sistem yang mengoordinasikan gerakan mereka. Peran pemerintah menjadi sangat penting dalam hal ini, untuk membentuk sistem atau payung yang memfasilitasi koordinasi dan kolaborasi antar-CSO kanker.

Pemerintah diharapkan dapat memberikan panduan, standar, akreditasi, dan kualifikasi bagi CSO yang bergerak di bidang kanker. Selain itu, ke depan, praktek komunikasi antar-stakeholders dan lintas praktek perlu ditingkatkan. Saat ini masih banyak masalah seperti fasilitas yang tidak merata di berbagai daerah dan kekurangan sumber daya yang perlu diatasi melalui koordinasi yang lebih baik. Peran media juga diakui penting dalam gerakan CSO kanker, tidak hanya dalam penyebaran pengetahuan dan kesadaran, tetapi juga dalam informasi mengenai pengobatan dan dukungan bagi pasien kanker.

Para peserta Kajian imPACT Review 2024 berfoto bersama di Auditorium Siwabessy, Gedung Prof. Sujudi Lt. 2, usai sesi diskusi mengenai pengendalian kanker di Indonesia.
Para peserta Kajian imPACT Review 2024 berfoto bersama di Auditorium Siwabessy, Gedung Prof. Sujudi Lt. 2, usai sesi diskusi mengenai pengendalian kanker di Indonesia.

Kelanjutan Pengendalian Kanker di Indonesia dalam Konferensi Bali, Oktober 2024

Langkah selanjutnya dari kajian ini adalah mengadakan diskusi lebih lanjut mengenai kebutuhan masing-masing CSO dalam sebuah konferensi yang dijadwalkan pada Oktober 2024 di Bali. Pertemuan ini diharapkan dapat merumuskan langkah konkret untuk meningkatkan koordinasi dan kolaborasi antar-CSO kanker di Indonesia.

Selama acara, Pita Kuning berhasil membangun koneksi dengan berbagai pihak yang hadir, termasuk Kementerian Kesehatan, Yayasan Kanker Indonesia (YKI), Yayasan Anyo, dan Dr. Mariana dari IAEA. Dr. Mariana bahkan membuka peluang untuk menghubungkan Pita Kuning dengan koleganya di Union for International Cancer Control (UICC), sementara YKI dan Yayasan Anyo menunjukkan keterbukaan untuk berkolaborasi dan saling belajar satu sama lain.

Pelaksanaan Kajian imPACT Review 2024 ini menjadi langkah awal yang penting dalam upaya meningkatkan pengendalian kanker di Indonesia. Dengan dukungan dari IAEA, WHO, dan IARC, serta komitmen dari pemerintah dan CSO, diharapkan koordinasi dan efektivitas pengendalian kanker di Indonesia dapat ditingkatkan secara signifikan.

Demikian cerita mengenai partisipasi Pita Kuning dalam Kajian imPACT Review 2024. Secara keseluruhan, kehadiran ini tidak hanya bertujuan untuk turut aktif dalam diskusi pengendalian kanker di Indonesia, tetapi juga sebagai sarana membangun koneksi dan menyebarkan kesadaran tentang Pita Kuning. Dengan demikian, diharapkan semakin banyak masyarakat yang tergerak untuk membantu adik-adik dengan kanker dari keluarga pra-sejahtera melalui Pita Kuning.

Ikuti terus perkembangan, berita-berita dan cerita pendampingan Pita Kuning melalui kanal media sosial Pita Kuning. Kamu bisa langsung temukan akun-akun media sosial kami melalui tautan di bawah ini:

Instagram: @pita_kuning
Facebook: Yayasan Pita Kuning Anak Indonesia
Twitter: @pitakuning
YouTube: Pita Kuning
Spotify: Pita Kuning Podcast

Atikel Terkait ...

Picture of Pita Kuning

Pita Kuning

Yayasan yang memberikan layanan psikososial bagi anak dengan kanker dari keluarga prasejahtera

Semua Post

Kabar Berita

Berlangganan Artikel

Jadi yang pertama untuk mendapat kabar terbaru Pita Kuning

Cerita Anak