Memulai lembaran baru sebagai Social Service Officer (SSO) Bali, mendekatkan Kak Tiara dengan berbagai keberagaman dari keseharian anak dan keluarga. Hangatnya sambutan orang tua dan anak jadi gerbang memulai perjalanan sebagai SSO Bali.
Meski bukan warga lokal Bali, Kak Tiara tak punya kesulitan yang berarti untuk berkomunikasi dan menjalani pendampingan rutin tiap minggunya. Justru setiap menjalani kunjungan, ia mendapati kosa kata baru khas Bali hasil belajar bersama ‘guru-guru cilik’ yakni Anak Pita Kuning Bali. Tak hanya urusan berkomunikasi, Kak Tiara juga menemukan keberagaman dari keseharian anak-anak Bali bersama keluarga.
Misalnya saja ketika mendapati salah satu anak dampingan yang memohon kepada sang mama agar diputarkan lagu kesukaan. Bukan Coco Melon, apalagi Baby Shark, tapi lagu Barong khas Bali. Hal tersebut menjadi ketakjuban tersendiri, melihat bagaimana Anak Pita Kuning Bali secara tak langsung telah menanamkan kecintaan pada budaya hingga sedemikian rupa. Kak Tiara juga terkesan dengan kebiasaan masing-masing keluarga yang mempertahankan budaya Bali sebegitu eratnya mulai dari ritual sampai rutinitas beribadah.
Setiap momen pendampingan menyimpan ‘kekaguman’ tersendiri bagi Kak Tiara. Seperti mama-mama yang siap mencatat istilah-istilah pengobatan ketika mendapati penjelasan dari dokter, Kak Tiara juga mengulik lebih jauh setiap proses pendampingan yang dikerjakannya. Jurnal-jurnal seputar pekerja sosial di belahan dunia jadi salah satu kiblat Kak Tiara agar dapat memahami pendampingan bagi anak dengan kanker secara mendalam.
Ketangguhan anak dan orang tua untuk terus melawan kanker, jadi inspirasinya untuk terus semangat menjalani hari. Bagi Kak Tiara, hati terasa penuh setiap menjalani pendampingan dan bertemu anak serta keluarga. Selamat datang di Pita Kuning, Kak Tiara!